Berbuatbaik belum tentu dianggap baik. Berbuat baik belum tentu dianggap baik. Baik Belum Tentu Benar dan Benar Belum Pasti Dianggap Baik Tentu saja, ada beberapa lain serupa, seperti "jika kalian berbuat baik, maka berarti kalian berbuat baik untuk diri kalian sendiri, dan jika kalian berbuat jahat, maka untuk diri. Berbuat baik belum tentu dianggap
ensiklopediislami widya cahaya bisa dicicil; al-qur'an; buku tauhid/aqidah; buku tafsir; buku fiqih; buku hadits; buku tazkiyatun nafs; buku harokah dan tarbiyah
Artimimpi itu sendiri juga berbagai macam Tentu saja kita bisa bermimpi buruk maupun bermimpi baik bahkan mungkin dalam keadaan yang sama sekali tidak berkaitan Di Lilit Hutang 2 Sadarilah bahwa sosok ibu sangat hadir dalam hidup anda dan mimpi ini mencerminkan aktivitas, hubungan, pertemanan kehidupan sehari-hari Buku tafsir mimpi togel
Seringsekali kita meminta kepada Allah dengan sangat meneggebu-gebu, bahkan saking seringnya kita tidak tahu caranya berterimakasih dengan syukur bila yang diberikan Allah tidak sesuai dengan harap. Padahal apapun yang kita minta pada-Nya belum tentu baik untuk kita, tetapi apapun yang Allah beeri pasti yang terbaik untuk kita.
Infojual arm sleeve baik project ± mulai Rp 11.500 murah dari beragam toko online. cek Arm Sleeve Baik Project ori atau Arm Sleeve Baik Project kw sebelum mem. SELAMAT DATANG di hargano.com, Semoga Rezeki Kita nambah 1000x lipat ^_^ Home › Harga › Arm Sleeve Baik Project.
Bahkansebelum kita menjawab mana yang "lebih baik" atau pilihan mana yang harus Anda lakukan, Anda coba bisa menjabarkannya sekali lagi. berbagi file untuk VDI akan lebih mudah dilakukan tetapi tidak untuk home computers, contoh lainnya seperti Dropbox dan One Drive lebih mudah digunakan untuk home computers tetapi sulit digunakan
uIPga. Seringkali orang awam kebingungan tidak faham ketika dikatakan amalan-amalan atau acara-acara yang dilakukannya dikatakan bid’ah. Mereka pun berkata ; Bukankah amalan ini baik ❓Ketahuilah, baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah dan ta’ala berfirman ;وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ“. . Tetapi boleh Jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh Jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui”. Al Baqarah, 216.Coba kita perhatikan riwayat-riwayat berikut Suatu ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mendengar berita tentang pernyata’an tiga orang. Yang pertama berkata “Saya akan shalat tahajjud dan tidak akan tidur malam”, yang kedua berkata ”Saya akan puasa dan tidak akan berbuka”, yang terakhir berkata “Saya tidak akan menikah”. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menegur mereka, seraya berkata “Apa urusan mereka dengan berkata seperti itu ?, Padahal saya puasa dan saya pun berbuka, saya shalat dan saya pun tidur, dan saya menikahi wanita. Barang siapa yang membenci sunnahku maka bukanlah golonganku”. Muttafaqun alaihi. • – Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mencela seseorang yang hendak shalat tahajjud dan tidak akan tidur malam. • * Kenapa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mencelanya, bukankah tujuan orang tersebut baik, hendak memperbanyak ibadah ❓ • – Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mencela seseorang yang akan puasa dan tidak akan berbuka. • * Kenapa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mencelanya, bukankah tujuan orang tersebut baik, hendak memperbanyak ibadah ❓ • – Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mencela seseorang yang tidak akan menikah, karena hendak taqorrub kepada Allah. • * Kenapa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mencelanya, bukankah tujuan orang tersebut baik, hendak taqorrub kepada Allah ❓2- Al-Baroo’ bin Aazib berkata قَالَ لِي رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوْءَكَ لِلصَّلاَةِ ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شَقِّكَ الأَيْمَنِ وَقُلْ “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata kepadaku Jika engkau mendatangi tempat tidurmu maka berwudhulah sebagaimana berwudhu untuk sholat, lalu berbaringlah di atas bagian tubuhmu yang kanan, lalu katakanlah اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ رَهْبَةً وَرَغْبَةً إِلَيْكَ لاَ مَلْجَأَ وَلاَ مَنْجَا مِنْكَ إْلاَّ إِلَيْكَ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتُ“Yaa Allah aku menyerahkan jiwaku kepadaMu, dan aku pasrahkan urusanku kepadaMu, dan aku sandarkan punggungku kepadaMu, dengan kekhawatiran dan harapan kepadaMu. Tidak ada tempat bersandar dan keselamatan dariMu kecuali kepadaMu. Aku beriman kepada kitabMu yang Engkau turunkan dan beriman kepada Nabimu yang Engkau utus”Nabi berkata فَإِنْ مِتَّ مِتَّ عَلَى الْفِطْرَةِ فَاجْعَلْهُنَّ آخِرَ مَا تَقُوْلُ“Jika engkau meninggal maka engkau meninggal di atas fitroh, dan jadikanlah doa ini adalah kalimat terakhir yang engkau ucapkan sebelum tidur”Al-Baroo’ bin Aazib berkata فَقُلْتُ أَسْتَذْكِرُهُنَّ وَبِرَسُوْلِكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ قَالَ لاَ، وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ“Lalu aku mencoba untuk mengingatnya dan aku berkata “Dan aku beriman kepada RasulMu yang Engkau utus”Nabi berkata “Tidak, akan tetapi Dan aku beriman kepada NabiMu yang Engkau utus”. HR Al-Bukhari no 6311. • * Kenapa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menyalahkan perkata’an Al-Baroo’ bin Aazib yang berkata “Dan aku beriman kepada RasulMu yang Engkau utus”. Bukankah perkata’an “RasulMu” itu baik ? ~~~~~~~ Perhatikan juga atsar para Sahabat berikut Sa’id bin Musayyib tabi’in, Ia melihat seorang laki-laki menunaikan shalat setelah fajar lebih dari dua raka’at, ia memanjangkan rukuk dan sujudnya. Akhirnya Sa’id bin Musayyib pun melarangnya. Orang itu berkata “Wahai Abu Muhammad, apakah Allah akan menyiksaku dengan sebab shalat ? Beliau menjawab “Tidak, tetapi Allah akan menyiksamu karena menyelisihi As-Sunnah.” Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Sunanul Kubra, II/466.* Kenapa Sa’id bin Musayyib melarang seorang laki-laki yang menunaikan shalat setelah fajar lebih dari dua raka’at, ia memanjangkan rukuk dan sujudnya, Bukankah Shalat itu adalah amalan yang paling utama ❓2. Shahabat yang mulia Ibnu Umar radhiyallaahu anhuma, menceritakan, Bahwasannya ada seorang laki-laki yang bersin kemudian dia berkata, “Alhamdulillah wassalaamu alaa Rasuulillaah” segala puji bagi Allah dan kesejahtera’an bagi Rasulullah. Maka Ibnu Umar radhiyallaahu anhuma berkata Aku juga mengatakan, “Alhamdulillah was-salaamu alaa Rasuulillah” maksudnya juga bershalawat. Akan tetapi tidak demikian Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam mengajari kami. Beliau shallallaahu alaihi wa sallam mengajari kami untuk mengucapkan ketika bersin “Alhamdulillah alaa kulli haal.” Diriwayatkan olehAt-Tirmidzi, no. 2738.* Kenapa Ibnu Umar radhiyallaahu anhuma mengajarkan kepada seorang laki-laki yang bersin, bahwa Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam mengajari, kalau bersin untuk mengucapkan “Alhamdulillah alaa kulli haal”. Bukankah ucapan “Alhamdulillah wassalaamu alaa Rasuulillaah” yang diucapkan seorang laki-laki itupun baik ❓3- Abu Musa Al-As’ari Radhiyallahu anhu, diriwayatkan memasuki masjid Kufah, lalu didapatinya di masjid tersebut terdapat sejumlah orang membentuk halaqah-halaqah duduk berkeliling. Pada setiap halaqah terdapat seorang syaikh, dan didepan mereka ada tumpukan kerikil, lalu syaikh tersebut menyuruh mereka, “Bertasbihlah seratus kali !” Lalu mereka pun bertasbih menghitung dengan kerikil tersebut. Lalu syaikh itu berkata lagi, “Bertahmidlah seratus kali” Dan demikianlah seterusnya . . Maka Abu Musa Radhiyallahu anhu mengingkari hal itu dalam hatinya, tapi ia tidak mengingkari dengan lisannya. Hanya saja ia bersegera pergi dengan berlari kecil menuju rumah Abdullah bin Mas’ud, lalu iapun mengucapkan salam kepada Abdullah bin Mas’ud, dan Abdullah bin mas’ud pun membalas salamnya. Berkatalah Abu Musa kepada Ibnu Mas’ud , “Wahai Abu Abdurrahman, sungguh baru saja saya memasuki masjid, lalu aku melihat sesuatu yang aku mengingkarinya, demi Allah tidaklah saya melihat melainkan kebaikan”. Lalu Abu Musa menceritakan keada’an halaqah dzikir tersebut. Maka berkatalah Ibnu Mas’ud kepada Abu Musa “Apakah engkau memerintahkan mereka untuk menghitung kejelekan-kejelekan mereka ❓ Dan engkau memberi jaminan mereka bahwa kebaikan-kebaikan mereka tidak akan hilang sedikitpun ❓” Abu Musa pun menjawab, “Aku tidak memerintahkan apapun kepada mereka”. Berkatalah Ibnu Mas’ud, Mari kita pergi menuju mereka. Lalu Ibnu Mas’ud mengucapkan salam kepada mereka. Dan mereka membalas salamnya. Berkatalah Ibnu Mas’ud “Perbuatan apa yang aku lihat kalian melakukannya ini wahai Umat Muhammad ?” Mereka menjawab, “Wahai Abu Abdurrahman, ini adalah kerikil yang digunakan untuk menghitung tasbih, tahmid, dan tahlil, dan takbir”. Maka berkatalah Ibnu Mas’ud “Alangkah cepatnya kalian binasa wahai Umat Muhammad, padahal para sahabat masih banyak yang hidup, dan ini pakaiannya belum rusak sama sekali, dan ini bejananya belum pecah, ataukah kalian ingin berada diatas agama yang lebih mendapat petunjuk dari agama Muhammad ? Ataukah kalian telah membuka pintu kesesatan ?”, Mereka pun menjawab, “Wahai Abu Abdurrahman, demi Allah tidaklah kami menginginkan melainkan kebaikan”. Abu Mas’ud pun berkata “Berapa banyak orang yang menginginkan kebaikan tidak mendapatkannya”. Berkata Amru bin Salamah, “Sungguh aku telah melihat umumnya mereka yang mengadakan majelis dzikir itu memerangi kita pada hari perang An-Nahrawan bersama kaum Khawarij”. Riwayat Darimi dengan sanad shahih.* Mengapa Ibnu Mas’ud menegur orang-orang yang sedang berdzikir, Bukankah dzikir itu baik ? Kalau kita perhatikan riwayat-riwayat diatas, • * Kenapa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mencela orang yang hendak memperbanyak ibadah, bukankah ibadah itu baik ❓ • * Kenapa para Sahabat mencela dan mengingkari orang yang sedang beribadah, bukankah ibadah itu baik ❓ • Apa yang dicela dan diingkari oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga para Sahabat, tujuan mereka melakukannya adalah untuk memperbanyak ibadah. Maksud mereka tentu saja mengapa mereka dicela ❓Tidak lain, karena apa yang mereka lakukan tidak dibenarkan oleh syari’at. Apa yang mereka lakukan tidak ada perintah dari Allah dan Rasul-Nya. Yang mereka lakukan adalah perkara yang dibuat-buat. Perkara yang baru bid’ah dalam urusan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga para Sahabat tidak faham kalau bid’ah ada yang baik ?Apakah ahli bid’ah yang mengatakan ada bid’ah hasanah lebih faham Islam daripada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para Sahabat ❓ الله المستعانSumberAgus Santosa Somantri
Bismillaahirrahmaanirrahiim, Assalaamu’alaykum Wr. Wb. “Sesuatu yang menurutmu baik untukmu, belum tentu baik menurut Allah untukmu. Dan sesuatu yang menurutmu buruk bagimu, belum tentu buruk menurut Allah bagimu”. Bagi seorang manusia, keberhasilan adalah suatu kondisi yang selalu ingin dicapai. Tidak ada satupun manusia yang ingin terpuruk dalam kegagalan terus-menerus. Bagi mereka yang mau dan mampu untuk meraihnya, keberhasilan itu akan dapat diraih atas izin Allah SWT. Seorang mahasiswa pasti mengharapkan sebuah prestasi akademik yang baik. Seorang pengusaha pasti selalu mengharapkan mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya. Seorang pilot pasti mengharapkan agar dapat take off dan landing dengan selamat. Seorang penulis buku pasti mengharapkan agar bukunya dapat diminati oleh banyak orang. Begitupun dengan kita, kita pasti mengharapkan keberhasilan dalam setiap aktivitas yang kita lakukan. Sebuah keberhasilan merupakan hasil dari suatu usaha yang kita lakukan. Orang yang meraih keberhasilan dalam suatu aktivitas akan disebut sebagai orang yang hebat karena telah berhasil meraih apa yang ia inginkan, sebaliknya, orang yang gagal meraih keberhasilan itu, maka ia akan dikatakan sebagai orang yang gagal. Hal inilah yang terbentuk dalam pola pikir sebagian orang. Satu hal yang perlu kita ingat, tidak selamanya kegagalan itu menandakan ketidakmampuan kita untuk mencapai suatu tujuan. Sebab kegagalan itu adalah proses atau sebuah jalan panjang menuju titik kejayaan. Kita mungkin sering mendengar kata-kata mutiara Kegagalan adalah awal dari keberhasilan. Ternyata hal ini memang terbukti. Seorang Thomas Alfa Edisson mengalami ratusan kegagalan sebelum akhirnya mampu menemukan lampu. Seorang Bill Gates harus rela dikeluarkan dari kampusnya sebelum akhirnya ia membangun kerajaan IT dunia, Microsoft. Pada hakikatnya, manusia pasti pernah mengalami kegagalan dalam hidupnya, hanya saja mereka yang mampu bangkit dari kegagalan itu, itulah keberhasilan yang sesungguhnya. Islam mengajarkan ummatnya bagaimana meraih sebuah keberhasilan dalam hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Perlu kita pahami bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini merupakan kuasa dari Allah semata. Artinya, segala sesuatu yang ada di jagat raya ini adalah milik Dia yang menciptakan, yaitu Allah SWT. Sebagai seorang pemilik, Allah berhak berbuat apa saja terhadap ciptaanNya. Keberhasilan hanya dapat diraih melalui dua cara, yaitu ikhtiar dan tawakkal. Segala upaya dan kerja keras kita dalam mewujudkan tujuan dan mimpi yang ingin kita raih merupakan ikhtiar. Namun bagaimanapun juga, manusia tetap saja seorang makhluk yang tidak memiliki kekuatan apa-apa. Untuk itulah, selain melakukan ikhtiar, kita harus tawakkal kepada Allah dengan memperbanyak ibadah dan do’a agar setiap ikhtiar yang kita lakukan mendapat berkah dan dimudahkan oleh Allah. Banyak orang yang telah bekerja keras siang dan malam, bahkan sampai menghabiskan sebagian besar waktu, tenaga, bahkan hartanya hanya untuk meraih impiannya, pada akhirnya harus mengalami kegagalan yang pahit. Inilah akibatnya jika kita melupakan Allah dalam setiap ikhtiar/ usaha kita. Kita terkadang merasa pede dengan kemampuan kita sendiri, bahkan sampai menganggap bahwa keberhasilan yang selama ini diraih adalah hasil jerih payahnya sendiri. Dia lupa bahwa yang memberikan segala kenikmatan itu adalah Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kaya. Ikhtiar dan tawakkal hanyalah sebuah washilah sarana kita untuk mencapai tujuan kita. Segala sesuatunya hanya berhak ditentukan oleh Allah saja. Artinya, tujuan atau mimpi yang ingin kita capai belum tentu akan kita raih, sekalipun telah melakukan ikhtiar dan tawakkal yang banyak. Kenapa demikian? Apakah Allah murka pada kita? Ternyata Allah sangat sayang kepada kita. Allah itu Maha Mengetahui segalanya. Termasuk segala sesuatu yang kita butuhkan, Allah lebih tahu daripada kita sendiri. Karena, segala sesuatu yang kita inginkan, segala sesuatu yang menurut kita baik, ternyata belum tentu baik menurut Allah. Misalnya, si Fulan ingin hidup kaya dan tentram. Dia setiap hari berikhtiar dan bertawakkal agar Allah memberikannya kekayaan kepadanya. Namun pada akhirnya dia tetap saja hidup miskin. Bukan berarti Allah murka kepadanya, lantas tidak memberikan kekayaan pada si Fulan. Tapi Allah tahu, jika ia menjadi orang kaya yang bergelimangan harta, dia akan menjadi kufur dan jauh dari Allah. Oleh karena itulah, Allah tidak mengubah nasibnya agar ia lebih dekat lagi kepada Allah. Ketika usaha dan do’a kita tidak dikabulkan oleh Allah, itu berarti Allah mempunya rencana lain yang jauh lebih indah daripada rencana yang kita buat.
Bismillah.... Adalah sebuah kalimat mulia yang harus selalu diucapkan diawal apapun yang kita lakukan sehingga terhindar dari segala kesalahan. Judul diatas sebenarnya umum tapi memang sering kali kita alami, banyak hal yang dengan niat baik tetapi diterima dengan tidak baik. Semoga kita menjadi lebih ikhlas untuk menerima yang tidak baik ini. Jangan berhenti melakukan hal-hal baik karena Insya Allah akan ada pahala yang luar biasa yang akan kita terima dariNya. Semua sudah diatur Olehnya, apa yang kita lakukan baik ya hanya Allah lah Yang Maha Mengetahui. Kita manusia hanya menjalankan amanah yang diberikan olehNya, maka jalankanlah amanah dengan sebaik-baiknya. Berusaha terus menerus tanpa menyerah, pasti Allah akan membuka jalanNya yang terbaik untuk kita buat kebaikan Akhirat & Dunia. Alhamdulillah saya mencoba buat blog ini semoga bermanfaat..
Alquran Foto T Foz on UnsplashSurat Al Baqarah merupakan surah kedua dalam Al Quran dan memiliki arti "Sapi Betina". Surat ini terdiri dari 286 ayat dan tergolong ke dalam surat ayat surat Al Baqarah memiliki arti makna yang luar biasa bagi umat muslim, termasuk ayat 216. Untuk lebih jelasnya, simak bacaan surat Al Baqarah ayat 216 beserta arti dan Al Baqarah ayat 216Ilustrasi Surat Al Baqarah Ayat 216. Foto Shutterstockكُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ ࣖKutiba 'alaikumul-qitālu wa huwa kur-hul lakum, wa 'asā an takrahụ syai`aw wa huwa khairul lakum, wa 'asā an tuḥibbụ syai`aw wa huwa syarrul lakum, wallāhu ya'lamu wa antum lā ta'lamụnArtinya “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”Tafsir Surat Al Baqarah ayat 216Ilustrasi Surat Al Baqarah Ayat 216. Foto WML Image/ShutterstockMengutip Quran Kemenag, tafsir surat Al Baqarah ayat 216 menjelaskan bahwa selain kemiskinan dan kemelaratan, orang-orang beriman juga akan diuji selain dengan mengorbankan jiwa mereka melalui kewajiban turunnya ayat ini, hukum perang menjadi wajib kifayah dalam rangka membela diri dan membebaskan diri dari penindasan. Apabila musuh telah masuk ke dalam negeri orang-orang Islam, hukumnya menjadi wajib ayat ini juga ditegaskan bahwa sesuatu yang disukai oleh kita belum tentu baik dimata Allah. Begitupun sebaliknya, sesuatu yang dianggap buruk belum tentu buruk di mata karena itu, ketika dihadapkan pada sesuatu hal yang kita sukai atau dibenci, jangan lupa untuk selalu minta pertolongan kepada Allah. Tujuannya agar mendapatkan keberkahan dan diberikan petunjuk yang terbaik.
Terkadang seseorang tertimpa takdir yang menyakitkan yang tidak disukai oleh dirinya, kemudian dia tidak bersabar, merasa sedih dan mengira bahwa takdir tersebut adalah sebuah pukulan yang akan memusnahkan setiap harapan hidup dan cita-citanya. Akan tetapi, sering kali kita melihat dibalik keterputus-asaannya ternyata Allah memberikan kebaikan kepadanya dari arah yang tidak pernah ia berapa banyak pula kita melihat seseorang yang berusaha dalam sesuatu yang kelihatannya baik, berjuang mati-matian untuk mendapatkannya, tetapi yang terjadi adalah kebalikan dari apa yang dia Seandainya kita mau merenung dan sedikit berfikir, sungguh di setiap apa yang telah Allah takdirkan untuk hamba-hamba-Nya, di dalamnya terdapat hikmah dan maslahat tertentu, baik ketika itu kita telah mengetahui hikmah tersebut ataupun tidak. Demikian juga ketika Allah Ta’ala menimpakan musibah kepada kita, maka kita wajib berprasangka baik kepada-Nya. Sudah sepantasnya kita meyakini bahwa yang kita alami tersebut akan membawa kebaikan bagi kita, baik untuk dunia kita maupun akhirat kita. Minimal dengan musibah tersebut, sebagian dosa kita diampuni oleh Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu, maka lihatlah takdir ini dengan kacamata nikmat dan rahmat, dan bahwasanya Allah Ta’ala bisa jadi memberikan kita nikmat ini karena memang Dia sayang kepada Allah Ta’ala pun telah berfirman,و عسى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وهُوَ خَيْرٌ لكَمْ وَعَسى أَنْ تُحِبُّوْا شَيْئا وهو شرٌّ لكم واللهُ يعلمُ وأَنْتُمْ لا تَعْلمُوْنَ“Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”QS. Al Baqarah 216Saudariku… Sungguh jika kita mau membuka kisah-kisah dalam Al Qur’an dan lembaran-lembaran sejarah, atau kita memperhatikan realitas, kita akan mendapatkan darinya banyak pelajaran dan bukti bahwa selalu ada hikmah di balik setiap apa yang Allah takdirkan untuk lihatlah kisah Ibu Nabi Musa alaihissalam ketika ia harus melemparkan anaknya ke sungai… bukankah kita mendapatkan bahwa tidak ada yang lebih dibenci oleh Ibu Musa daripada jatuhnya anaknya di tangan keluarga Fir’aun? namun meskipun demikian tampaklah akibatnya yang terpuji dan pengaruhnya yang baik di hari-hari berikutnya, dan inilah yang diungkapkan oleh ayatواللهُ يعلمُ وأَنْتُمْ لا تَعْلمُوْنَAllah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahuiLihat pula kisah Nabi Yusuf alaihissalam ketika beliau harus berpisah dengan ayah beliau Nabi Ya’qub alaihissalam, ketika beliau harus dimasukkan ke dalam sumur dan diambil oleh kafilah dagang… Bukankah kita akan melihat hikmah yang begitu besar dibalik semua itu?Lihat pula kisah Ummu Salamah, ketika suami beliau-Abu Salamah- meninggal dunia, Ummu Salamah radhiallaahu anhaa berkata“Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah lalu ia mengucapkan apa yang diperintah oleh Allah, إنّا للهِ وَ إنَّا إِليْهِ رَاجِعُوْنَ, اللهُمَّ أَجُرْنِيْ فِيْ مُصِيْبَتِيْ وَ أخلفْ لي خَيْرًا مِنْهَا Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya lah kami akan kembali. Ya Allah, berilah pahala kepadaku dalam musibahku dan berilah gantinya untukku dengan yang lebih baik darinya.” Ia berkata, “Maka ketika Abu Salamah meninggal, aku berkata, Seorang Muslim manakah yang lebih baik dari Abu Salamah? Rumah keluarga pertama yang berhijrah kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam?’ Kemudian aku pun mengucapkannya, maka Allah memberikan gantinya untukku dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.” HR. MuslimRenungkanlah bagaimana perasaan yang menghinggapi diri Ummu Salamah –yakni perasaan yang muncul pada sebagian wanita yang diuji dengan kehilangan orang yang paling dekat hubungannya dengan mereka dalam kehidupan ini dan keadaan mereka Siapakah yang lebih baik dari Abu Fulan?!- maka ketika Ummu Salamah melakukan apa yang diperintahkan oleh syariat berupa sabar, istirja’, dan ucapan yang diajarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam, maka Allah pun menggantinya dengan yang lebih baik yang belum pernah ia impikan seorang wanita yang beriman, tidak seharusnya ia membatasi kebahagiaannya pada satu pintu saja di antara pintu-pintu kehidupannya. Karena kesedihan yang menimpa seseorang adalah sesuatu yang tidak ada seorang pun yang bisa selamat darinya, tidak pula para Nabi dan Rasul! Yang tidak layak adalah membatasi kehidupan dan kebahagiaan pada satu keadaan ataupun mengaitkannya dengan orang-orang tertentu seperti pada laki-laki atau wanita pula dalam kehidupan nyata, kita pun sering melihat ataupun mendengar kisah-kisah yang penuh dengan hikmah dan karena itulah, hendaknya kita selalu bertawakkal kepada Allah, mengerahkan segenap kemampuan untuk menempuh sebab-sebab yang disyariatkan, dan jika terjadi sesuatu yang tidak kita sukai, jendaklah kita selalu mengingat firman Allah Ta’ala,و عسى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وهُوَ خَيْرٌ لكَمْ وَعَسى أَنْ تُحِبُّوْا شَيْئا وهو شرٌّ لكم واللهُ يعلمُ وأَنْتُمْ لا تَعْلمُوْنَ“Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” QS. Al Baqarah 216.Hendaklah ia mengingat bahwasanya di antara kelembutan Allah terhadap hamba-hambaNya adalah “Bahwasanya Dia menakdirkan bagi mereka berbagai macam musibah, ujian, dan cobaan dengan perintah dan larangan yang berat adalah karena kasih sayang dan kelembutanNya kepada mereka, dan sebagai tangga untuk menuju kesempurnaan dan kesenangan mereka” Tafsir Asma’ al Husna, karya As-Sa’di.Semoga yang sedikit ini bisa menjadi nasihat untuk diri saya pribadi dan bagi orang-orang yang membacanya, karena barangkali kita sering lupa bahwa apapun yang telah Allah Ta’ala takdirkan untuk kita adalah yang terbaik untuk kita, karena Dia-lah Dzat Yang Maha Mengetahui kebaikan-kebaikan bagi para hambaNya.*** Artikel Penulis Wakhidatul Latifah Murajaah Ustadz Ammi Nur BaitsReferensiQawaa’id Qur’aaniyyah, Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, Markaz at-Tadabbur Li al-Isytisyarat at-Tarbawiyyah wa at-Ta’limiyyah. Dan terjemah, “50 Prinsip Pokok Ajaran Al Qur’an” terbitan Pustaka Daarul Faidah Kitab Tauhid, Abu Isa Abdullah bin Salam, Pustaka Muslim.
baik buat kita belum tentu baik buat allah